Relasi Arsitektur Dan Properti: Dari Personal Ke Pengetahuan

Dunia arsitektur dan dunia properti sebenarnya berkaitan erat. Relasi ini pada umumnya terjadi lewat penugasan pengembang kepada konsultan arsitek untuk merancang suatu proyek properti tertentu. Relasi seperti ini seolah bersifat asimetris: arsitek menjadi subordinat dari pengembang. Bapak Real Estate Indonesia, Ir. Ciputra, ketika awal lulus dari Departemen Arsitektur ITB mengawali karirnya sebagai arsitek, namun kemudian beliau memilih untuk mengembangkan karir sebagai pengembang, dan berhasil. Ada quote beliau yang cukup terkenal di kalangan mahasiswa arsitektur di suatu masa: “kalau Arsitek itu mencari dan mengerjakan proyek, sedangkan Pengembang menciptakan proyek”.

Namun dunia Arsitektur juga dunia yang berisi banyak pengetahuan. Bukan sekadar pengetahuan teknis dan bentuk, ada pengetahuan budaya, sosial, ekonomi, ideologi, dan politik dalam suatu rancangan arsitektur. Arsitek pada hakikatnya adalah produsen budaya: hasil pemikiran yang diterjemahkan dalam karya arsitektur merepresentasikan modal budaya dan kelas sosial dari seseorang atau sekelompok orang yang memproduksi karya arsitektur itu. Dalam dunia properti, pelibatan arsitek dengan reputasi tertentu menjadi strategi untuk manaikkan “kelas” dari suatu produk properti.

Dunia properti dan dunia arsitektur punya modus yang sama dalam mendapatkan pengetahuan, yaitu sama-sama berasal dari praktik. Kerja dulu, buat sesuatu, baru kemudian direfleksikan menjadi suatu pengetahuan yang terstruktur. Ini berbeda dengan dunia sains, yang mendapatkan pengetahuan dari mengamati suatu fenomena, dan setelah itu baru membuat sesuatu dari pengetahuan yang didapatkan.  Ketika mengalami masa pandemi, beberapa pengamat menyarankan agar dunia properti bisa menata ulang cara kerjanya, diam sejenak untuk berpikir bagaimana strategi ke depannya.  Masa ini bisa menjadi momentum ketika dunia properti memanggil dan menata kembali pengetahuan-pengetahuan yang pernah muncul lewat kerja yang pernah dilakukan.

Maka, jika dunia arsitektur dan duni properti ingin bersama-sama membangun relasi yang bersifat mutual, maka relasi personal perlu ditarik ke relasi pengetahuan. Di sini, disiplin arstitektur perlu diletakkan lebih dari sekadar hubungan klien dengan konsultan perencana, namun relasi berbasis pengetahuan untuk membangun sesuatu. Sebenarnya ini merupakan prasyarat dari inovasi: pengetahuan, industri, dan regulasi. Ke depan akan banyak isu yang harus direspon dunia properti dengan pendekatan inovasi, misalnya isu lingkungan secara global, isu preferensi lingkungan tinggal dan kerja generasi milenial, ekonomi minim kontak (Less Contact Economy/ LCE) masa pandemi, dan sebagainya. Arsitek dan pengembang sama-sama sebagai agen pembangunan dengan posisinya masing-masing. Menarik relasi dari personal ke pengetahuan, akan menjadi jalan bagaimana dunia properti bisa menghasilkan aneka inovasi demi pembangunan yang berkelanjutan.

Materi kuliah tamu: Ekomadyo 2020 – Architecture as Development Agen on Property Market