Basauli Umar Lubis. Ketua KK Perancangan Arsitektur SAPPK ITB. E-mail basauli(at)ar.itb.ac.id
Perkembangan pembangunan yang terjadi pada awal abad ke 21 ini telah mendorong tumbuhnya kebutuhan baru dalam hal penyelenggaraan pendidikan arsitektur. Tantangan menyeluruh yang dihadapi yang berkaitan dengan perancangan berkelanjutan, kecepatan informasi, serta keterbatasan energi, ditanggapi secara berbeda oleh sekolah-sekolah arsitektur di dunia. Tidak semua sekolah memperbaharui “school of thought” institusi dan masih berpedoman pada visi dan misi yang lama, dan sering menjadi tidak sesuai dengan kondisi zaman. Namun akibat kecepatan informasi yang demikian pesat, perkembangan arsitektur tidak lagi terkotak-kotak berdasarkan wilayah geografis atau mazhab. Pengelompokan sekolah arsitektur lebih didasarkan pada bagaimana mereka memberikan penekanan dalam mendidik siswa. Pengelompokan tersebut dapat dipetakan sebagai: 1) mereka yang memberi penekanan pada keterbangunan; 2) mereka yang menekankan penyelesaian yang berbasis isu; dan 3) mereka yang menekankan pada hal hal yang konseptual–eksperimental. Ketiganya kelompok tersebut mendasarkan kompetensinya lebih mengarah pada kemampuan kognitif. Sekolah yang menitikberatkan pada ketrampilan sudah terbatas, karena berkembangnya dukungan dari penggunaan komputer. Perlu lebih digali hubungan antara “school of thought” dengan cara pembelajaran yang dipilih, yang berujung pada dampak dan keluaran output yang dihasilkan. Dengan pemahaman ini dapat dikaji kembali visi, misi, serta bentuk pengajaran yang dipilih, agar sekolah pendidikan arsitektur khususnya di Indonesia dapat bertahan dan memegang peran penting dalam pembentukan lingkungan binaan.
Keywords : Pendidikan Arsitektur, “School of Thought”, Pendekatan Merancang