Traditional Dwelling and Tourism: Typo-morphological Transformation in Bali and Betawi – Research 2011
Hunian Tradisional dan Pariwisata: Transformasi Tipo-morfologi di Bali dan Betawi
Publikasi: Artikel 1.pdf, artikel 2.pdf, artikel 3.pdf, artikel 4.pdf
Penelitian ini bertujuan untuk memahami transformasi tipo morfologi hunian tradisional yang dilakukan penghuni yang terkait dengan perkembangan pariwisata di destinasi permukiman tradisional yang konteksnya perkotaan di Bali (Ubud) dan Jakarta (Setu Babakan). Transformasi tipo morfologi hunian adalah proses perubahan (sebagai unsur pembeda), sekaligus eksistensi (sebagai unsur yang tetap) yang terjadi pada rumah dan permukiman sekitarnya. Hal-hal yang terkait dengan transformasi hunian dan permukiman karena pariwisata yaitu:
– Bagaimana kategori tipo morfologi hunian tradisional di Ubud dan Setu Babakan sebagai dasar pembandingan transformasi rumah tinggal di destinasi wisata dalam konteks ‘urban’di Bali dan Jakarta?
– Bagaimana proses dan macam transformasi tipo morfologi unit hunian di Ubud dan Setu Babakan?
– Apa saja faktor transformasi yang didorong pariwisata di Ubud dan Setu Babakan yang terkait dengan transformasi tipo morfologi unit hunian.
– Bagaimana perubahan karakteristik gaya hidup dan aktifitas penghuni yang terkait dengan perkembangan pariwisata di Ubud dan Setu Babakan?
– Apa saja bangunan/ruangan penambahan baru dengan fungsi yang baru untuk kegiatan wisatawan yang tidak sesuai dengan kaidah hunian dan tata ruang tradisional?
– Bagaimana pengaruh perkembangan pariwisata dan gaya hidup wisatawan dan penghuni dikaitkan dengan transformasi tipo morfologi hunian di Ubud dan Setu Babakan?
Dengan maraknya pengembangan pariwisata kota di Indonesia, pendokumentasian yang sistematis mengenai transformasi permukiman dalam konteks urban/perkotaan akan menjadi langkah yang perlu dilakukan di hampir seluruh kota di Indonesia. Usulan pemecahan masalah yang bisa dilakukan dengan rancangan ruang dalam hunian maupun ruang luar di permukiman juga sangat perlu dijadikan academic exercise. Sampai saat ini academic exercise dan usulan-usulan rancangan ruang permukiman yang berkaitan dengan hal ini masih sangat sedikit dan belum dilakukan secara intensif. Sedangkan Indonesia, negara yang memiliki karakteristik kota yang sangat beragam sesuai dengan tradisi etnis di kota tersebut, perlu menjadikan karakter kampung kota tradisional masing-masing agar keunikan kota masih bisa dinikmati sebagai daya tarik wisata maupun dipelajari generasi mendatang. Prioritas utama penelitian adalah menghasilkan pembandingan transformasi tipo-morfologi hunian permukiman tradisional yang didorong pariwisata.
Keluaran:
– Pratiwi W D (2011) Resource management in traditional dwelling within urban context and the eco-cultural tourism, The 4th Environmental Technology and Management Conference (ETMC 2011), Institut Teknologi Bandung 3-4 November 2011
– Pratiwi W D (2011) The Possibilities of Joint Ventures Between Communities and Tourism Investors in Traditional Dwelling; Seventh International Conference on Multi-National Joint Venture for Construction Works, Joint Venture for Infrastructure Development in the context of Decentralization and Globalization, Institut Teknologi Bandung 28-29 September 2011
– Pratiwi W D (2011) Betawi traditional dwelling as a place for tourism and creative industry, IICIES, Institut Teknologi Bandung 24-28 July 2011
– Sadarpo P et al. (2011) Tourism in Jakarta and the Effort to Develop Its’ Creative Industry in Setu Babakan, IICIES, Institut Teknologi Bandung 24-28 July 2011
– Pratiwi W D (2011) Considering the Similarity of Behaviour: Tourist, Traveller and Researcher in Traditional Dwelling, AcE-Bs 2011 Bandung, 15-17 June 2011
– Kusna M et al. (2011) Reviving Traditional Settlement: Green or Not Green? Case of Setu Babakan, Seminar Nasional Lifestyle & Architecture, Yogyakarta 31 Mei 2011
– NurSheha et al. (2011) Lifestyle Tradisional Betawi dan Pengembangan Permukiman yang Mengakomodasikan Pariwisata di Setu Babakan, Seminar Nasional Lifestyle & Architecture, Yogyakarta 31 Mei 2011